Pengalaman Menggunakan BPJS Naik Kelas

Ruangan rawat inap rumah sakit
Photo by Daan Stevens on Unsplash

Setelah sekian lama bayar rutin BPJS tepat waktu akhirnya tiba juga saatnya menggunakan BPJS ini. Walaupun sebenarnya siapa sih yang mau menggunakan BPJS dalam artian siapa yang mau sakit. Kita semua pasti berharap selalu dalam keadaan sehat. Tapi apa boleh buat yang namanya sakit pasti bisa menimpa semua orang.

Setiap berobat bisanya cukup ke puskesmas atau dokter umum jikapun ke RS biasanya juga menggunakan jalur umum karena dulu belum memiliki BPJS. Tetapi karena pemerintah menganjurkan bahkan mewajibkan setiap warga negara mengikuti BPJS maka sayapun mengikuti program BPJS.

Saya gunakan layanan BPJS kelas 3 dengan pertimbangan dari yang saya baca-baca bahwa kelas 3, kelas 2 maupun kelas 1 dalam hal penanganan sama, obat dan dokter nyapun sama. Yang membedakan hanya ruangan rawat inap.

Waktu itu sebagai pengguna BPJS adalah istri saya yang terkena hipertensi, maag dan vertigo ( belakang saya ketahui dari dokter yang menangani ) penyakit ini merupakan pertama kali yang istri saya alami dan rasakan.

Pada awalnya selama satu minggu istri saya merasakan pusing dan kepala terasa berputar, dalam satu minggu sampai tiga kali kejadian namun masih bisa ditangani dengan cara berhenti beraktivitas dan tentu berobat. Tapi pada suatu ketika subuh mulai terasa kembali itu pusing dan berputar, kali ini diiringi dengan muntah-muntah dan akhirnya tidak sadarkan diri.

Untunglah saya dekat dengan tetangga dan ketika mendengar keributan dirumah mereka pada datang. Saya putuskan untuk membawa istri ke Rumah Sakit. Ketika dibawa kedalam mobil istri dalam keadaan pingsan diangkat oleh tiga orang dimasukan ke mobil dan berangkat.

Bersyukurlah ketika itu yang mengantar ada Pak RT dan Pak RW serta seorang ibu-ibu tetangga. Jadi di mobil tidak sendirian.

Sambil nyetir saya terus melihat ke belakang, terlihat istri saya masih muntah-muntah dan kembali pingsan. Perjalanan ke Rumah Sakit sekitar 30 menit.

Sesampainya di Rumah Sakit masih dalam keadaan pingsan. Langsung ke IGD dan ditangani dokter, diberikan obat dan suntikan.

Pada saat di IGD kemudian saya mendaftar menggunakan BPJS yang sudah dipersiapkan ketika mau berangkat ke rumah sakit. Tidak lupa membawa Kartu BPJS, KK dan KTP.

Selesai mendaftar lalu dokumen dari pendaftaran diberikan ke perawat yang ada di IGD. Selang beberapa jam istri saya mulai sadar tapi tidak bisa membuka mata dan jika berbalik ke kiri selalu langsung muntah-muntah. Akhirnya menurut dokter bahwa ini harus dirawat.

Saya berpikir juga mungkin harus dirawat karena dari yang saya baca bahwa vertigo ini bisa dari beberapa penyebab, bisa dari gangguan telinga bagian dalam sampai gangguan pada syaraf tertentu.

Setelah menunggu beberapa jam kemudian dipanggil ke tempat perawat yang ada di IGD dan saya disuruh ke bagian Admisi. Setelah menunggu dibagian Admisi akhirnya dipanggil dan katanya ruangan penuh.

Lalu saya bertanya, bisa tidak jika menunggu sampai ada ruangan, kata dibagian admisi coba tanyakan ke dokter di IGD. Lalu saya kembali ke perawat yang di IGD.

Saat itu saya lihat ada keluarga pasien sedang berbicara dengan perawat yang intinya mengalami hal sama yaitu ruangan penuh dan kalau saya dengar pembicaraan mereka akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit lain. Keluarga pasien tersebut sepertinya mengiyakan saja.

Pas kebagian saya, perawat tersebut bertanya bagaimana Pak ? saya bilang kata dari bagian admisi ruangan penuh. Terus bagimana Pak ? apakah mau mencari RS lain ? kata perawat tersebut.

Saya bilang bisa tidak saya menunggu sampai ada ruangan kosong, bukan apa-apa karena pada saat istri saya sakit juga berbarengan dengan anak saya yang peling kecil juga sedang sakit panas. Pikiran saya jika harus ke rumah sakit lain yang letaknya jauh akan repot bolak-balik ke RS dan kerumah.

Perawat tersebut kembali bertanya, bagaimana Pak apa mau cari RS lain ? kasihan juga sama ibunya kata perawat tersebut. Saya jawab mau tunggu sekitar satu jam sambil berdiskusi dulu dengan keluarga dan kebetulan dirumah anak saya juga sedang sakit.

Kemudian perawat tersebut kembali menyuruh saya ke bagian admisi untuk bertanya. Padahal kalau dipikir kan baru saja saya dari bagian admisi belum sampai 5 menit. Saya kembali kebagian admisi dan bertanya ruangan dan tentu jawabannya sama yaitu ruangan kosong.

Lalu saya ingat dari yang saya baca-baca bahwa setiap pengguna BPJS bisa naik kelas dengan membayar selisih biaya. Saya bilang ke bagian admisi bahwa saya mau naik kelas saja ke kelas 2 dan bayar selisihnya.

Jawaban dari bagian admisi katanya jika begitu coba Bpk tunggu ya nanti dikabari. Setelah itu saya tidak kembali ke adm di IGD tapi langsung menuju istri yang masih tergolek sama sekali belum bisa diajak bicara.

Waktu terus berlalu dan tidak terasa sudah hampir 12 jam di IGD, kalau saya lihat dokter juga hanya sekali periksa pertama kali dengan memberikan suntikan dan obat yang harus diminum.

Sekitar kalau tidak salah jam 5 sore terdengar kembali panggilan atas nama istri saya dan perawat di IGD kembali menyuruh saya kebagian admisi sambil memberikan secarik kertas. Setelah dibagian admisi menunggu, saya kembali dipanggil dan katanya ada ruangan kosong di kelas 2 tapi bayar selisih biaya.

Mendengar hal tersebut tentu saya iyakan dan bagian admisi memberikan selembar kertas berisi pernyataan membayar selisih biaya dan memberi map berupa dokumen rawat inap yang kemudian saya tanda tangai dan berikan ke perawat yag ada di IGD.

Sekitar menjelang magrib, istri saya dibawa keruangan rawat inap dan saya sudah merasa sedikit tenang. Selama istri sakit, saya bolak-balik ke RS dan kerumah untuk cek kondisi anak yang juga sedang sakit tetapi untungnya anak saya cukup ke dokter umum dan berangsur membaik setelah beberapa hari.

Tidak terasa sudah mau hampir satu minggu berada dirumah sakit dan ditangani 3 orang dokter yang saya tau yaitu dokter penyakit dalam dan dokter syaraf. Dilakukan cek darah dll.

Tidak ada biaya apapun yang dikeluarkan termasuk ketika mengambil obat di bagian farmasi, tidak seperti pengalaman sebelumnya di RS yang sama ketika menggunakan jalur umum dimana setiap mengambil obat harus bayar.

Ketika saya bagian menemani di RS, saya terus membaca cari informasi tentang penyakit vertigo karena kalau hipertensi dan maag sudah mendengarnya tidak asing lagi. Dan ternyata bahwa vertigo itu bisa dikatakan bukan penyakit tapi sebuah gejala dan banyak orang juga mengalaminya.

Jika memang tidak ada gangguan pada syaraf maka vertigo bisa disembuhkan dengan cara tertentu dan terapi tanpa harus selalu dengan obat. Saya coba beritahukan ke istri secara perlahan informasi yang saya ketahui supaya dia lebih mengetahui apa yang sedang dialaminya.

Istri sayapun berangsur pulih, sudah bisa diajak bicara, makan yang cukup dan sudah bisa tidur berbalik ke kiri walupun belum bisa lama. Biasanya setiap berbalik ke kiri dalam beberapa detik saja langsung muntah-muntah. Pada saat berangsur pulih tersebut, dokter menyarankan untuk berlatih berjalan sebelum diperbolehkan pulang.

Hari ke 6 yang merupakan hari terakhir di rumah sakit, kata doter syaraf bahwa istri saya sudah boleh pulang dan berkata jangan lupa kontrol setelah pulang dari RS. Saya juga pikir melihat dari kondisinya, sepertinya istri tinggal pemulihan dirumah saja.

Sambil menunggu proses pemulangan dari rumah sakit, kini saya bertanya-tanya yang selama ini tidak terpikirkan yaitu, berapa biaya naik kelas BPJS ? sayapun terus membaca mencari informasi. Dan setelah beberapa jam terdengar panggilan kemudian saya menuju adm diruangan rawat inap.

Setelah menunggu beberapa saat, kemudian ke meja adm dan mendapat informasi bahwa biaya selisih naik kelas rawat inap BPJS adalah sebesar Rp 500.000 besaran tersebut katanya juga dipengaruhi jenis penyakitnya.

Saya tanya lagi apa ada biaya lain, katanya tidak ada, semuanya sudah beres. Setelah selesai lalu saya pergi ke kasir IGD dan membayar biaya selisih BPJS kelas 3 naik ke kelas 2.

Setelah semua urusan administrasi selesai, sekitar jam 7 malam lalu kemudian pulang. Selang beberapa hari kontrol ke rumah sakit yang ngantrinya minta ampun. Tiba di RS jam 6 pagi dan selesai kontrol jam 2 siang.

Untungnya saya tidak ajak istri dari pagi, dia hanya datang pada saat mau diperiksa saja di dokter yang menangani.

Komentar

loading...

Mancing Yuk


Web Hosting Murah Berkualitas